Industrial di Indonesia

By irna ardelia - 08.07


Industrial di Indonesia

  1.      Konsep dan tujuan industralisasi
 Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industralisasi berawal dari revolusi industry pertama pada pertengahan abad ke – 18 di inggris dengan pertemuan metode baru untuk pemintalan dan pertemuan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan meningkatkan produktifitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dengaapan pertemuan baru dalam pengelolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja. Kereta api dan kapal tenaga uap.Revolusi  industry kedua akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi membantu laju industralisasi . setelah PD II muncul berbagai teknologi baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan motor, penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikas,elektronik, bio, computer dan penggunaan robot.

 2.      Faktor Pendorong Industrialisasi  

Suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
 Faktor pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara) :a). Kemampuan teknologi dan inovasi
b). Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c). Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomie) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi,  jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasig) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor. 

3.      Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional

 Sektor industri manufaktur di banyak  Negara berkembang  mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga dekade  terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan  sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir,  dijuluki a miraculous economic karena kinerja  ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industri  manufaktur merupakan kontributor utama.Untuk melihat  sejauh mana perkembangan industri manufaktur di  Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan  kinerjanya dengan sektor yang sama di Negara-negara lain.Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari  sektor industri manufaktur terhadap pembentukan PDB di  Indonesia masih relative kecil walaupun laju pertumbuhannya rata-rata otuputnya termasuk tinggi di Negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia  belum merupakan Negara dengantingkat industrialisasi  yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.

4.      Masalah Keterbelakangan Industrialisasi di Indonesia

Dari segi jumlah penduduk, Indonesia termasuk negara yang sedang berkembang terbesar setelah India dan Cina. Namun diluar dari segi industrialisasi Indonesia dapat dikatakan baru mulai merangkak. Salah satu indikator dari tingkat industrialisasi adalah sumbangan sektor industri dalam GDP (Gross National Product) yang masih relatif kecil. Dari ukuran ini sektor industri di Indonesia sangat ketinggalan bila dibandingkan dengan negara-negara utama di Asia. Dua ukuran lain adalah besarnya nilai tambah besarnya nilai tambah yang dihasilkan sektor industri dan nilai tambah per kapita.Dari segi ukuran mutlak sektor industri di Indosesia masih sangat kecil, bahkan kalah dengan negara-negara kecil, seperti Singapura, Hongkong, dan Taiwan. Secara perkapita nilai tambah sektor industri di Indonesia termasuk yang paling rendah di Asia. Indikator lain tingkat industrialisasi adalah produksi listrik perkapita dan prosentase produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri. Di Indonesia produksi listrik perkapita sangat rendah, dan tingkat yang rendah ini hanya sebagian kecil yang digunakan oleh konsumen industri.Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada umumnya tidak menggembirakan, oleh karena iklim politik pada waktu itu yang tidak menentu. Kebijakan perindustrian selama awal tahun 1960-an mencerminkan filsafat proteksionisme dan etatisme yang ekstrim, yang mengakibatkan kemacetan dalam berproduksi. Sehingga sektor industri praktis tidak berkembang (stagnasi). Selain itu terjadinya kemacetan produksi juga disebabakan kerena kelangkaan modal dan tenaga kerja ahli yang memadai.Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan pada masa PJP I, hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang dapat diserap, nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi pembentukan PDB, serta tingkat pertumhunannya yang cukup menakjubkan, sampai terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998.

 5.      Strategi dan Kebijakan Pembangunan Sektor Industri

 A.    Strategi Subtitusi Impor
Lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi pada pasar domestic. Strategi Substitusi Impor adalah domestik ,yang membuat barang menggantikan impor dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor B.     Penerapan startegi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
Industri manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru. Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik. Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy . Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi C.     Strategi promosi ekspor
Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri. Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah. Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang   dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor. Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif D.    Kebijakan industrialisasi
Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana. Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN. 

Contoh kasus

Ekspor RI Jeblok karena Industrialisasi Tak Berjalan MulusPekerja merakit komponen mobil di PT TMMIN, Jakarta, Senin (9/5). Diharapkan industri komponen nasional tumbuh seiring dengan pertumbuhan industri otomotif, yang ditargetkan memproduksi hingga 2 juta unit per tahun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha menilai, jebloknya kinerja ekspor nasional 2017 jika dibandingkan dengan negara tetangga tak bisa sepenuhnya dilimpahkan kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Engartiarso Lukito.
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai, pelemahan kinerja tersebut dari negara tetangga disebabkan oleh program industrialisasi di beberapa kementerian sama sekali tidak berjalan.“Bapak Mendag tidak sepenuhnya dipersalahkan. Sebab industrilisasi yang menjadi tanggung jawab di beberapa kementerian sama sekali tidak berjalan, malah cuma mempersulit investor,” ujar Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia di Jakarta, Sabtu (3/2/2018).Bahlil memberi contoh di sektor perikanan dan kelautan. Sektor ini menjadi tanggung jawab Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Peta jalan industrilisasi perikanan hingga saat ini belum jelas. Bahlil mengatakan, industri perikanan Indonesia semestinya dapat menjadi andalan ekspor nasional. “Namun saat ini kita sudah tertinggal jauh dari Vietnam. Padahal lautan negara tersebut tak seluas Indonesia. Sepanjang 2017, mampu mengekspor ikan dan olahannya senilai US$ 8,3 miliar sedangkan Indonesia hanya separuhnya,” ujar dia.
Hal serupa terjadi di Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Di kementerian ini, aturan setiap bulan berubah, membuat investasi kelistrikan melemah sehingga pasokan listrik industri mengalami defisit.Bahlil mengatakan, sebenarnya selain industrialisasi dan meningkatkan ekspor barang olahan, pemerintah juga dapat mendorong peningkatan produksi komoditas-komoditas pertanian, perkebunan untuk diekspor.
Namun, peningkatan produksi komoditas-komoditas tersebut mesti dilakukan oleh Kementrian Perindustrian, Kementrian Pertanian, dan Kementerian ESDM.Bahlil mengingatkan, daya saing industri nasional saat ini sangat lemah. Kondisi itu diperlemah oleh kurang kondusifnya iklim investasi yang disebabkan oleh carut-marut regulasi-regulasi baru ditingkat kementerian maupun di pemerintah daerah.Padahal, Indonesia telah memiliki momentum untuk meningkatkan investasi langsungnya setelah mencapai status investment grade tahun lalu. ”Menteri-Menteri tidak ikut semangat paket deregulasi Bapak Presiden. Saya juga heran kenapa,” ujar Bahlil.   


Referensi :

https://www.slideshare.net/mariammyim/industrialisasi-0-perkembangan-sektor-industrihttp://digilib.uinsby.ac.id/417/5/Bab%202.pdfhttps://www.academia.edu/5976204/INDUSTRIALISASI_DAN_PERKEMBANGAN?auto=downloadhttps://www.slideshare.net/erlinarisnandari/industrialisasi-dan-perkembangan-sektor-industri-erlina-risnandari-11140131-11-70418939?qid=2703f79f-96e9-4ada-9d0d-ba9e825f1742&v=&b=&from_search=3https://www.slideshare.net/BakhrulUlum2/9-industrialisasi-dan-perkembangan-sektor-industri-70500140http://studypolitic.org/blog/2017/08/14/masalah-industrialisasi/https://www.liputan6.com/bisnis/read/3253727/ekspor-ri-jeblok-karena-industrialisasi-tak-berjalan-mulus x
x

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar